Blog ini berisi materi materi yang ringan seputar lingkup teknik sipil, sedangkan yang bahasan dengan materi materi yang berat berat tidak ada disini, kalau disini sih yang ringan ringan saja, yang mudah dipahami, yang bisa dicerna dan bisa dimengerti.
Dalam mencapai sebuah "esensi", saya lebih senang mempelajari dari hal yang paling kecil dulu, yang masih "gabah", yang dalam mainstream modern dan "instanitas" dianggap oleh sebagian orang sebagai sesuatu yang tidak penting dan membuang buang waktu.(Lutfi Andrian WS)

Sunday, August 18, 2019

MEMBUAT KOORDINAT OTOMATIS PADA AUTOCAD DENGAN BLOCK ATTRIBUTE

Kalau kita bekerja pada lingkup penggambaran denah situasi atau layout pada sebidang tanah / bangunan, adakalanya kita diminta untuk memberikan koordinat (X,Y) pada titik tertentu di gambar denah situasi yang kita buat, yang mana tujuan dari pemberian koordinat tersebut biasanya digunakan sebagai acuan bagi surveyor untuk menentukan titik atau patok dilapangan sehingga lebih mempermudah dalam perencanaan nantinya.
Sebagai suatu contoh adalah gambar denah situasi dibawah ini, yang mana kelak dalam perencanaan selanjutnya, ditanah tersebut akan dibangun beberapa unit gudang dan beberapa utilitas penunjang lainnya. disitu ada 14 titik yang akan diminta titik koordinat X dan Y nya.   



Nah... untuk keperluan pemberian koordinat diatas, sebenarnya ada beberapa cara yang bisa kita lakukan, namun disini akan dibahas dua cara saja yaitu :

1. Menggunakan fasilitas "LIST"

Jika memang titiknya tidak banyak, maka bisa digunakan fasilitas "List" untuk menyelesaikannya. Fasilitas ini cukup simple dan tidak perlu banyak setting didalamnya, cukup tekan "Li" pada keyboard kemudian klik lingkaran (pink) pada salah satu titik misalnya titik 1, maka koordinatnya akan langsung muncul, kemudian data koordinat dari "List" ini anda ketik kemudian taruh disamping titik 1 tadi (lihat gambar dibawah) :

Caranya :

1. Tekan "Li" pada keyboard - Enter
2. Klik object lingkaran (warna pink) - Enter



3. Ketik secara manual data koordinatnya, kemudian taruh didekat titik 1, hasilnya seperti dibawah ini. kemudian dengan cara yang sama, anda bisa melanjutkan untuk titik titik selanjutnya.



2. Menggunakan fasilitas fasilitas "BLOCK ATTRIBUTE"

Jika memang titik yang akan diberi koordinat sangat banyak, maka cara yang pertama sangatlah tidak efektif karena harus mengetik satu persatu koordinatnya, dan ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak mungkin lagi dipakai cara ini, karena disamping lama juga  bikin pegel jari jari hehe... Untuk itu bisa dipakai fasilitas lain yaitu fasilitas "Block Attribute".
Di fasilitas ini, koordinat tersebut nantinya akan bisa dimunculkan secara otomatis, sehingga kita tidak perlu mengetik manual satu persatu koordinatnya seperti pada cara diatas.
Adapun caranya adalah sebagai berikut : 

1. Buat sebuah objek yang akan dijadikan sebagai "datum", dimana titik pusat dari objek tersebut (titik center/tengahnya) akan dijadikan sebagai titik acuan. Untuk contoh kali ini kita akan gunakan objek circle/lingkaran sebagai datum (lihat gambar lingkaran warna putih dibelah kiri pada gambar dibawah).



2. Pada menu pulldown kiri atas, klik tab "insert" kemudian klik tool "define attribute". lihat gambar dibawah ini.



3. Pada kotak dialog "Attribute Definition", diposisi frame "Attribute", isi pada kolom field seperti dibawah ini :
- Tag : C1
- Prompt : KOORDINAT
- Default : X,Y = 
kemudian lanjutkan dengan klik tombol "insert field" yang ada disamping kotak"default"(lihat gambar dibawah)




4. Setelah itu akan muncul kotak dialog "Field", arahkan kursor ke kotak "Field Category" setelah itu pilih "Objects", kemudian klik pilihan "Objects" yang ada pada kotak "Field names", lanjutkan dengan klik pada tombol "select object" yang saya lingkari pakai warna merah (lihat gambar dibawah).



5. Saat anda meng klik tombol "select object" yang saya lingkari pakai warna merah pada langkah no 4 diatas, maka anda akan dibawa kembali kelayar utama AutoCAD, nah... disitu anda klik datum lingkaran yang telah anda buat sebelumnya dilangkah 1. Setelah anda klik lingkaran tersebut maka anda akan dibawa kembali ke kotak dialog "Field".
Nah disini kita akan melakukan setting lebih lanjut terhadap "datum" ini.
- Pilih "Center" pada kotak Property.
- Pilih "Decimal" pada kotak Format
- Pilih "0" pada combo box "Precision"
- Hilangkan centang pada kotak checkbox "Z" (karena kita hnay menampilkan koordniat X dan Y saja, sehingga Z tidak kita pakai.
- Klik "OK"
Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :



6. Di kotak dialog "Attribute Definition" arahkan kursor ke kotak "Default", disitu sudah muncul nilai dari X dan Y dari titik center datum yang anda buat tadi (angkanya terblok dengan warna abu abu). Pada angka X dan Y yang terblok tadi anda kasih tanda kurung awal dan kurung tutup didepan dan dibelakangnya. Lihat gambar dibawah ini :



Perhatikan tanda kurung awal dan kurung tutupnya (yang saya kasih kotak merah), jika sudah klik "OK".

7. Setelah anda klik "OK" maka kursor anda sekarang diikuti oleh Tag "C1", nah... anda taruh C1 ini dekat dengan datum lingkaran yang anda buat tadi, taruh disampingnya, dan jangan jauh jauh (lihat gambar dibawah).



8. Buat garis polyline seperti gambar dibawah ini.



9. Tekan "B" di keyboard kemudian tekan Enter, maka akan muncul kotak dialog "Block Definiton". Klik "Select Objects" kemudian seleksi semua object yang ada digambar, yaitu datum lingkaran, garis polyline yang anda buat tadi dan juga tag C1 nya(lihat gambar dibawah)



Jika sudah diseleksi semua lanjut tekan Enter, kemudian anda akan kembali dibawa ke kotak dialog "Block Definition", kasih nama "LABEL KOORD" pada kotak Name, kemudian lanjutkan dengan klik tombol Pick Point.



10. Klik kembali datum lingkaran.
sekarang perhatikan dibagian kotak "Base Point" disitu sudah tertera value dari X dan Y


Cheklist pada kotak "Open in block editor", kemudian klik "OK".

11. Setelah itu dikotak dialog "Edit Attribute" akan terdefinisi nilai X dan Y di kotak field koordinat. setelah itu klik OK untuk masuk ke mode "Block Editor"



12. Di mode "Block Editor" klik tab "Parameter" kemudian klik "Point", setelah itu anda klik di posisi 1 kemudian drag ke titik 2.



13. Klik Tab "Actions", kemudian pilih "Stretch" - klik di garis point "Position 1" - kemudian klik titik 4 terus drag ke titik 5.



14. Setelah itu klik garis point "Position 1" sekali lagi - kemudian klik text tag "C1" - klik garis Line - Tekan Enter - Kemudian klik "Close Block Editor".



15. Jika langkah langkah diatas sudah benar, maka akan terbentuk block attribute dengan nilai X dan Y yang sudah terdefinisi sebagai berikut, lihat gambar dibawah :



16. Anda klik block attribute yang anda buat barusan, disitu akan muncul "Point" diposisi yang anda setting tadi pada langkah ke 12 s/d 14. 
Nah...dengan adanya "Point Position" yang terletak ditekukan dua garis(line) ini, maka posisi dari angka koordinat ini bisa kita atur(drag) posisinya. Lihat ilsutrasinya pada gambar dibawah.



Jika anda tidak men setting "Point" Position, maka text koordinat tidak bisa kita atur posisinya sesuai dengan keinginan kita.

17. Sekarang letakan Block Attribute tadi ke titik 1, kemudian tekan "RE" di keyboard (tanpa tanda petik) - Enter. Maka hasilnya akan seperti gambar dibawah ini.



Dengan cara yang sama, lakukan juga pada titik 2 s/d titik 14, sehingga nanti hasilnya akan seperti gambar dibawah ini :



18. Jika nanti dirasa text koordinatnya terlalu kecil, anda bisa mengaturnya kembali melalui tool "Manage Attribute" kemudian pilih Block yang akan di edit, kemudian di tab "Text Option" atur "Height" dari text attributenya, jika sudah, klik OK






19. Jika sudah maka, hasilnya sebagai berikut :



Ok, Sekian dulu pembahasan, mengenai pembahasan membuat koordinat dengan Block Attribute, Insya Allah untuk posting selanjutnya kita akan belajar bagaimana caranya membuat koordinat dengan "lisp".

Sekian dan semoga bermanfaat.




Sunday, August 4, 2019

S_Con V1.0 - Program Sambungan Lentur dan Geser Pada Struktur Baja

Posting kali ini adalah seri lain/berbeda dari tiga seri sebelumnya yang berjudul :
1. Excel Untuk Teknik Sipil (Part – 1)
2. Excel Untuk Teknik Sipil (Part – 2), EBC V1.0 For STAAD Pro
3. Excel Untuk Teknik Sipil (Part – 3), EBC V1.1 For STAAD Pro + Tutorial
yang mana dari 3 posting diatas menggunakan Software Excel sebagai program bantu yang digunakan untuk membuat aplikasi2 teknik sipil. Sedangkan untuk posting artikel kali ini, saya akan coba angkat software lain yaitu Software “Visual Basic” yang masih merupakan saudara kandung dari Excel, dimana Visual Basic dengan bahasa dan algoritma pemrogramannya digunakan sebagai perangkat lunak untuk membantu membuat aplikasi teknik sipil.
Jadi intinya, kalau di seri sebelumnya pakai Excel untuk membuat program Teknik Sipil, sekarang pakai Visual Basic untuk membuat program Teknik Sipil. Ya memang agak rumit sih bahasa pemrogramannya, tapi ya gakpapa itung itung buat belajar dan menambah wawasan, karena saya sendiri basic nya bukan dari programmer komputer, jadi ya gak terlalu mahir betul dalam bahasa pemrograman Visual Basic ini, hanya paham sebatas kulitnya saja, tidak sampai ke isi nya, karena ya itu… basic saya bukan dari sekolah Informatika, jadi tidak terlalu paham betul untuk yang beginian. Tapi karena saya sendiri hobynya suka “ngoprek” alias “utak atik gathuk”, ya akhirnya walaupun interface programnya sangat jelek, jadi deh program teknik sipil nya :)
Nah… salah satu hasil dari utak atik gathuk Visual Basic yang saya lakukan adalah mini program yang saya buat ini. Program ini saya beri nama “S_Con”.

Yuk… kita berkenalan dengan S_Con …. :)

S_Con atau steel connection adalah sebuah mini program untuk menghitung kekuatan sambungan baut pada balok baja.
Perhitungan analisa program didasarkan pada excel perhitungan sambungan balok yang dibuat oleh Bapak M Noer Ilham yang kemudian diolah sedemikian rupa kedalam bahasa pemrograman visual basic net 2010 sehingga didapatkan hasil dan interface sebagai berikut :





Keluaran(Output) dari program ini adalah berupa gaya dalam yang terjadi pada dari baut rencana (gaya tarik, tumpu, dan geser, serta kombinasi dari tarik dan geser)
Jadi program ini tidak mendesain jumlah kebutuhan baut, tapi hanya mengecek kehandalan baut dalam menahan beban luar (momen dan geser) berdasarkan gaya dalam yang terjadi pada baut. Adapun nanti jumlah dan ukuran diameter baut ditentukan oleh “user” sendiri sebagai perencana dan program nanti yang akan melaporkan hasilnya. Nah… dari laporan tersebut nanti akan bisa terlihat apakah ukuran diameter baut dan jumlah baut yang direncana oleh “user” cukup ekonomis  ataukah malah sebaliknya, yaitu bautnya kebesaran dan jumlahnya kebanyakan??…
Nah sekali lagi disini yang berperan penting adalah “user” itu sendiri, segala asumsi, estimasi ada didalam tangan “user”, sedangkan program hanya sebatas melaporkan saja analisanya. Segala keputusan tetap ada di tangan “user” sebagai pengguna program ini.
Secara interface, program ini tampilannya sangat sederhana sekali, “view single” dan sangat “user friendly” serta memasukan input datanya pun sangat mudah.
Baik, sekarang kita akan mulai membahas bagaimana cara mengoperasikan program ini,

Yang pertama kita lakukan adalah  mendownload program ini dulu, untuk itu klik link dibawah ini :
https://www.4shared.com/rar/1xR6QXnHee/SConV10__1_.html

Setelah program terdownload maka ekstrak file nya dengan menggunakan Winrar, kemudian lanjutkan dengan klik 2x pada setup.exe, tunggu sampai proses instalasi selesai, kemudian tekan close. Jika sudah, pergilah ke layar desktop kemudian jalankan program dengan double klik pada icon gambar sambungan baja (Scon_V1.0)

Berikut adalah interface(tampilan program) :


Keterangan :
1  = adalah data sambungan kolom dan balok, yaitu elemen kolom dan balok yang akan disambung nantinya
2  = adalah data baut rencana yang akan digunakan untuk menyambung elemen balok dan kolom. Data ini meliputi, ukuran diameter baut, type baut, jarak antar baut, tegangan tarik putus baut (fub) dan faktor reduksi geser baut
3  = adalah data pelat penyambung. Data ini meliputi, lebar pelat, ketebalan pelat, tegangan leleh (fy) dan tegangan putus pelat (fu)
4  = adalah data beban yang bekerja. Data ini meliputi Momen ultimate (Mu) dan Geser Ultimate (Vu), dari data ini nanti akan menentukan besarnya ukuran baut dan jumlah baut serta ketebalan dari pelat penyambungnya.
5  = adalah tool “Sheet Control”. ada dua pilihan dalam tool ini, yang pertama adalah pilihan kontrol “Cek” dan “Laporan Detail”. Kalau tombol “cek” diaktifkan maka “Sheet Board” hanya akan berupa laporan sekilas yang berisi kontrol tegangan2 yang terjadi terhadap tegangan yang diizinkan, tidak ada besaran nilai dari gaya dalam terjadi, tetapi sebatas pada “bisa atau tidak” nya baut dan pelat yang akan diaplikasikan. Sedangkan jika tombol “Laporan Detail” diaktifkan, maka “Sheet Board” akan menampilkan secara lengkap hasil analisa perhitungan, dimana gaya dalam yang terjadi pada baut dan pelat penyambung ditampilkan secara detail.
Catatan :
Mode pilihan “Laporan Detail” adalah syarat utama agar tombol “save” yang ada pada menu puldown “Menu” bisa digunakan, sehingga nantinya pekerjaan kita bisa kita simpan 
Selain dua pilihan tool “cek” dan “Laporan Detail”, sheet control juga memiliki fitur “HB Database” dimana jika tool “HB Database” diatifkan maka berbagai macam type Baja H Beam akan ditampilkan pada pilihan balok dan kolom pada group data sambungan, jadi pilihannya tidak pada Baja WF saja, tapi H Beam juga ikut didalamnya
Catatan :
Baja WF dan H Beam yang ada didalam program ini sudah disesuaikan dengan baja WF dan H Beam yang ada dipasaran, jadi sudah pasti bisa diaplikasikan
6  = adalah “Sheet Board”.  dimana laporan hasil analisa perhitungan ditampilkan disini.

Agar pembahasan kita lebih sistematis dan untuk lebih memudahkan kita dalam memahami dan mengoperasikan program ini, berikut akan disajikan contoh kasus, dimana dalam kasus ini kita akan merencanakan sambungan baut pada sebuah bangunan kanopi atap beton, dimana bangunan ini tersusun atas 3 (tiga) buah portal dengan bentang L = 9m, dimana jarak antar masing masing portal L = 6m. Balok anak dipasang secara melintang terhadap portal dan di instalasi sebanyak 7 buah dengan jarak masing masing balok anak sebesar L =1.5m. Diatas portal ini kemudian diberi penutup atap dak beton dengan ketebalan cor 12 cm

Data Portal :
Kolom = HB 250.250.9.14
Balok Utama = WF 400.200.8.12
Balok Anak = WF 200.100.5,5.8
Diameter baut rencana : 16mm
Mutu baut : A325 (Fu = 825MPa)
Tebal Pelat landasan rencana = 12mm




Dari analisa Staad didapat (lihat gambar diagram momen diatas) :
Mu = 151.296 KNm
Vu = 16541.272 Kg = 165.41 KN

Langkah2 menggunakan program :

1. Buka Program SCon_V1.0
2. Ceklist “HB database”, kemudian klik scrooldown balok, lalu pilih “WF400.200.8.12” (lihat gambar dibawah ini) :




3. klik scrooldown kolom, lalu pilih “HB250.250.9.14” (lihat gambar dibawah ini) :




4. Sekarang kita akan coba mendesain baut dan pelat dengan bentuk seperti dibawah ini (lihat gambar dibawah) :
tekan F1 pada keyboard maka akan muncul form “sketsa bantuan/input”, disitu akan muncul gambar sambungan balok – kolom dimana:



a = adalah jarak antar baut
1/2a = adalah jarak baut sebelah atas, dimana nilainya adalah ditentukan sebesar setengah dari jarak (a)
b = adalah lebar pelat
h = adalah tinggi pelat, tinggi pelat = tinggi balok + tinggi haunch
Klik Close pada “sketsa bantuan/input”, Sekarang kita akan masukan data ini pada program :



Jarak antar baut (a) = 80 mm
Diameter baut = 16 mm
Lebar pelat sambung = 200 mm
Tebal pelat sambung = 12 mm
Jumlah baut dalam 1 baris (nx) = 2 buah
Jumlah baris baut (ny) = 7 baris
Total baut = 7 x 2 = 14 buah
Mutu baut yang digunakan adalah A325 dimana tegangan putus baut (fu) = 825 MPa
Mutu besi BJ-37 (fy) = 240 MPa, (fu) = 370 MPa
Faktor reduksi baut tarik & geser = 0.75 (lihat peraturan)
(Ingat : ini masih coba coba, nanti kita cek lagi apakah ini desainnya kurang, cukup ataukah berlebihan).

5.  Isi sesuai data yang direncanakan, kemudian lanjutkan dengan menekan tombol “Analysis” sehingga hasilnya adalah sebagai berikut :



6. Sekarang scrooldown kotak “Sheet Board” kebawah, disitu terlihat bahwasanya gaya tarik yang ditahan 1 baut masih sangat kecil sekali dibanding dengan tahanan tarik dari 1 baut, yaitu 62703 N < 93305 N, jadi ini masih agak boros, alias masih bisa diperkecil lagi. kemudian cek juga gaya geser yang terjadi kemudian bandingkan dengan gaya geser yang sanggup ditahan baut. Cek juga terhadap kombinasi tarik dan gesernya, dan ternyata nilai ketahanan bautnya cukup besar  jika dibandingkan terhadap gaya dalam yang terjadi.











Jadi kesimpulannya ini masih bisa diperkecil lagi. untuk itu kita akan modifikasi lagi bautnya. Kita akan rencanakan lagi dengan bentuk seperti ini (lihat gambar bawah) :
Baut yang bagian haunch dikurangi satu baris, sehingga total baut ada 6 baris



Jarak antar baut (a) = 80 mm
Diameter baut = 16 mm
Lebar pelat sambung = 200 mm
Tebal pelat sambung = 12 mm
Jumlah baut dalam 1 baris (nx) = 2 buah
Jumlah baris baut (ny) = 6 baris
Total baut = 6 x 2 = 12 buah
Mutu baut yang digunakan adalah A325 dimana tegangan putus baut (fu) = 825 MPa
Mutu besi BJ-37 (fy) = 240 MPa, (fu) = 370 MPa
Faktor reduksi baut tarik & geser = 0.75 (lihat peraturan)

7.  Masukan ulang perubahan data diatas pada program, kemudian lanjutkan dengan menekan tombol “Analysis” sehingga hasilnya adalah sebagai berikut :



Dari hasil analisa diatas, didapat gaya tarik yang terjadi pada baut mendekati tahanan tarik nya, sehingga lumayanlah hasilnya tidak terlalu boros boros amat. sehingga hasil ini bisa kita pakai.

Jadi desain yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Baut = 12Ø16
2. Pelat = (200 x 560) mm, t = 12mm
3. Las t = 8 mm (untuk perhitungan las nanti ada perhitungannya sendiri, dibahas di sesi lain, tidak disini)
















Kurang lebih kalau digambarkan di AutoCAD hasilnya seperti diatas

8. Nah jika sudah cocok dengan hasil desainnya, maka hasilnya bisa di simpan dengan cara klik tombol menu kemudian pilih “Simpan”










9. Tentukan lokasi dimana anda akan menaruh file hasil perhitungannya, kemudian beri nama file (sebagai contoh misalnya dikasih nama S1) kemudian klik “Save”















File yang tersimpan tadi berupa file .txt, jadi sobat bisa membukanya pakai Microsoft Word atau bisa juga pakai Notepad.
hasilnya seperti dibawah ini :

























Catatan tambahan :

Jika nanti suatu ketika data file “S1” ini ada perubahan desain, maka kita tidak perlu memasukan input data dari awal lagi, tapi cukup dengan memasukan kembali file “S1” yang berupa .txt ini kedalam program. Cara nya klik pada tombol “menu”, kemudian pilih opsi “Buka File”, lalu klik file “S1” yang telah anda simpan tadi, kemudian klik Open.



Maka datanya akan langsung otomatis masuk kembali kedalam program (lihat gambar dibawah), silahkan di edit jika memang ada yang perlu untuk di edit, jika sudah maka klik Analysis, kemudian simpan kembali file nya,






Jika file yang lama tidak diperlukan lagi maka file bisa di timpa dan di replace, tapi jika file yang lama datanya mungkin masih dibutuhkan, maka simpan kembali file dengan nama yang lain

Perhatian !!!
Jangan merubah spasi ataupun mengedit data output file .txt ini, karena akan mengakibatkan program tidak bisa membaca input data dari file .txt pada waktu memasukan kembali file .txt ini ke program.  

Sekian dulu pembahasan, mengenai program SCon_V1.0, kalau ada pertanyaan jangan sungkan untuk bertanya di kolom komentar dibawah, atau bisa juga dilayangkan via email di : maestromusic.lutfi@gmail.com

Untuk Link program SCon ini klik pada link dibawah ini :
https://www.4shared.com/rar/1xR6QXnHee/SConV10__1_.html  <------- ini="" link="" nya="" span="">

Catatan sebelum menggunakan program ini :
1. Analisa perhitungan dari Program S_Con V1.0  program didasarkan pada excel perhitungan sambungan balok yang dibuat oleh Bapak M Noer Ilham. Adapun versi excelnya bisa didownload langsung dari Web Beliau, linknya klik disini.
2. Pembuat program tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan dalam penggunaan program hasil output atau keluaran program. Pengguna wajib memeriksa validitas dari hasil output program ini. 



.






Saturday, May 23, 2015

Excel Untuk teknik Sipil (Part-3) – EBC V1.1 For STAAD + Tutorial

Posting berikut adalah seri lanjutan dari posting saya sebelumnya yang membahas mengenai spreadsheet excel perhitungan balok atau EBC.

Jika anda belum mengetahui apa itu EBC silahkan baca postingan saya sebelumnya di : http://www.kampustekniksipil.blogspot.com/2012/07/excel-untuk-teknik-sipil-part-2-ebc-for.html

Apa itu EBC ?

EBC atau Excel beam calculation  adalah spreadsheet program hitung balok yang dibuat dengan bantuan microsoft excel. Keluaran (output) dari program ini adalah luas dan jumlah kebutuhan tulangan lentur (utama), geser dan torsi dari sebuah balok. Selain itu, juga dilengkapi dengan kontrol regangan beton dan baja tulangan untuk mengetahui status desain tulangan yang terpasang pada balok tersebut apakah kurang (under reinforcement), seimbang (balanced reinforcement) atau kah malah berlebih (over reinforcement).

Sekedar sebagai catatan, keadaan balok yang under, balanced dan over reinforcement sangat penting untuk dikontrol dan diketahui, karena ini hubungannya dengan cara balok dalam mengalami keruntuhan, apakah nanti balok tersebut bersifat ductile failure (runtuh tarik), balance (runtuh seimbang), ataukah brittle failure (runtuh tekan). ductile failure adalah mode keruntuhan yang diharapkan karena memberikan tanda berupa lendutan sebelum balok mengalami keruntuhan, hal ini dikarenakan baja tulangannya sudah leleh terlebih dahulu sebelum beton mencapai regangan maksimalnya (dengan kata lain, beton belum hancur tapi baja tulangannya sudah leleh). Keadaan demikian ini “menguntungkan” bagi kepentingan kelangsungan hidup manusia, karena ada peringatan tentang lendutan membesar sebelum runtuh. Balance failure adalah mode keruntuhan yang paling diharapkan dan sangat ideal, karena hancurnya beton bersamaan dengan lelehnya baja tulangan. Karena beton dan baja rusak secara bersamaan, maka kekuatan beton dan baja tulangan dapat dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga penggunaan material beton dan baja tersebut jadi lebih hemat. Sedangkan brittle failure adalah keadaan yang paling tidak diharapkan dan harus dihindari, karena beton lebih dulu hancur sebelum melelehnya baja tulangan. Hal ini terjadi karena tulangannya terlalu kuat (over reinforced), sehingga saat betonnya akan hancur baja tulangannya masih belum leleh sehingga membahayakan bagi kepentingan kelangsungan hidup manusia dibawahnya.

EBC versi ini adalah perbaikan dari versi sebelumnya, dari sisi analisa dan desain ada penambahan perhitungan untuk balok bertulangan rangkap, jadi kalau EBC versi sebelumnya hanya bisa mendesain balok dengan tulangan tunggal, maka di EBC kali ini sudah disertai dengan spreadsheet desain balok bertulangan rangkap, sehingga bisa mendesain balok bertulangan rangkap apabila momen ultimate yang terjadi melebihi momen kapasitas penampangnya. Begitu juga dengan sisi interface nya, dari sisi interface atau tampilan, EBC versi ini sudah dilengkapi dengan grafik momen lentur, geser dan torsi serta node position (posisi node) untuk lebih memudahkan pengguna (user) dalam membaca output gaya dalam, sehingga desain tulangan nantinya pun tidak salah dalam penempatan posisinya di tumpuan kiri, kanan dan lapangan.

Berikut adalah Screenshoot EBC V1.1

 

interface  Gambar 1 - (calculation Sheet)

 

Tulangan Lentur-Sheet  Gambar 2 - (Sheet – Analisa Tulangan Lentur SRD/DRD Desain)

 

Tulangan Geser-Sheet

Gambar 3 - (Sheet - Analisa Tulangan Geser)

 

Tulangan Torsi-Sheet

Gambar 4 - (Sheet - Analisa Tulangan Torsi)

 

Input Dimensi Balok-Sheet

Gambar 5 - (Sheet – Input Dimensi Balok)

 

G1

Gambar 6 - (Sheet – Input Data STAAD)

 

Input STAAD Pro Analisis

Gambar 7 - (Data Gaya Dalam Dari STAAD Pro di Input ke EBC)

 

LINK STAAD-EBC2Gambar 8 - (Sheet – Link STAAD Shear Bending To EBC)

 

LINK STAAD-EBC3

Gambar 9 - (Sheet – Link Desain Penulangan STAAD ke Desain Penulangan EBC)

 

Terus bagaimana cara penggunaanya ?

Mungkin ada baiknya sebelum kita membahas mengenai cara menggunakan spreadsheet EBC ini, anda download dulu file staad dibawah ini supaya lebih mudah dalam proses pembahasan kita nantinya.

Klik disini : Struktur. std

 

3D STRUKTUR  Gambar 10 - (Perspektif struktur)

 

File yang anda download tadi, adalah merupakan bangunan sederhana dua lantai yang pernah didesain penulis dengan menggunakan bantuan program STAAD Pro, Saya ambilkan contoh bangunan yang sederhana tersebut agar dalam pembahasan spreadsheet EBC nantinya lebih cepat dan lebih mudah dipahami.

 

bbb bbbb

 

bbb

Gambar 11 - (Perspektif 3D bangunan)

 

 

 

Data struktur bangunan :

Tinggi bangunan lantai 1 = 5.3 m

Tinggi bangunan lantai 2 = 3m

Lebar bangunan = 7 m

Panjang bangunan = 8 m

Jarak antar portal = 4 m

 

Denah pondasi, sloof, kolom, balok dan ring balk lihat gambar dibawah :

 

G1Gambar 12 - (Denah Pondasi, Sloof & Kolom Lt 1)

REV DENAH BALOK

Gambar 13 - (Denah Balok Lt 2)

 

G3

Gambar 14 - (Denah Ring Balok Elev +8.30 & Kolom Lt 2)

 

AutoCADJika anda ingin mendownload file struktur tersebut dalam format .dwg (AutoCAD), klik symbol AutoCAD di samping ----->

 

Okey, sekarang kita mulai bahasan kita.

 

1. Buka File “struktur.std” yang anda download tadi

 

a1

 

VIEW 

2. Sekarang lakukan analisa struktur dengan cara klik “Analysis” pada menu pulldown kemudian klik “run analysis” atau bisa juga dengan menekan kombinasi “ctrl+F5” pada keyboard anda, kemudian klik “run analysis

 

run

 

Jika analisa struktur sudah selesai (completed) klik “done

 

3. Sekarang setting satuan unit dengan menekan tool “Change Ghraphical Display Units” yang ada di menu toolbar (lihat tool yang saya lingkari pakai warna merah dibawah ini)

 

change graphical unit

 

Pilih tab “ Force Units”, kemudian Rubah unit satuan untuk Forces menjadi “KN” dan Distr Forces menjadi “KN.m” (lihat gambar dibawah). Jika sudah lanjutkan dengan menekan “Apply

 

seting unit

 

Catatan :

Langkah pada step ini adalah yang paling penting, karena satuan input data gaya dalam yang digunakan oleh EBC menggunakan satuan “KN” untuk gaya geser dan “KN.m” untuk momen lentur dan momen torsi.

 

 

5. sekarang rubah model tampilan gambar (view orientation mode) menjadi tampilan “tampak depan” dengan menekan tool “View From Z+” pada menu toolbar (lihat tool yang saya lingkari pakai warna merah pada gambar dibawah)

 

view from z

 

VIEW3

 

6. Perhatikan gambar pada layar tampilan STAAD anda, sekarang kita akan akan menyeleksi struktur balok di lantai 2 (dua), untuk itu klik di titik 1 (mouse jangan dilepas) kemudian drag ke titik 2 (lepas mouse di titik ini). sebagai ilsutrasi lihat gambar dibawah :

 

b1

 

Jika seleksi anda benar maka balok akan terblok dengan warna merah (lihat gambar bawah), setelah itu lanjutkan dengan klik kanan mouse kemudian pilih “new view “, pada kotak dialog New View pilih “Display the view in the active window”  kemudian klik “OK”. Jika sudah maka lanjutkan dengan menekan tool “Isometric View”.

 

b2

 

Jika langkah langkah diatas sudah anda lakukan dengan benar, maka gambar yang ada di layar tampilan STAAD Pro anda akan menjadi seperti gambar dibawah ini, yang mana maksudnya adalah gambar diseleksi dan ditampilkan hanya pada balok lantai dua saja

 

b3 

7. Sekarang seleksi atau blok semua balok lantai dua tersebut. Tekan “Ctrl + A” pada keyboard anda.

 

b4

 

Catatan :

Anda juga bisa tekan tool “Beam Cursor” kemudian anda select atau jaring semua balok lantai dua sehingga ter blok dengan warna merah seperti gambar diatas.

 

8.  Sekarang kita akan masuk ke menu “Post Procesing”, klik tool “Post Procesing” yang ada di pojok kanan atas layar tampilan STAAD Pro (Lihat tool yang saya lingkari pakai warna merah pada gambar dibawah ini). Kemudian di kotak dialog “Result Setup” klik “OK

 

b5

 

Sampai disini, sebelum kita akan melangkah ke langkah selanjutnya, Perlu anda ketahui dulu bahwasanya lembar input data gaya dalam pada EBC V1.1 terdiri dari dua macam, yaitu input data untuk gaya dalam yang terjadi di ujung-ujung element balok (start/end beam) dan input data untuk gaya dalam yang terjadi di sepanjang element balok (force beam detail). Data gaya dalam di ujung ujung element balok di masukan di kolom sebelah kiri lembar input EBC sedangkan data gaya dalam di sepanjang element balok dimasukan di kolom sebelah kanan lembar input EBC lihat kembali gambar 6 diatas.

 

Lembar input data gaya dalam pada EBC V1.1 terdiri dari dua macam  input data, yaitu input data untuk gaya dalam yang terjadi di ujung-ujung element balok (start/end beam) dan input data untuk gaya dalam yang terjadi di sepanjang element balok (force beam detail).

 

Masih dalam kondisi balok lantai 2(dua) terblok warna merah, sekarang kita akan masukan dulu data gaya dalam yang terjadi di ujung ujung element balok ke EBC, untuk itu anda pergilah menu pulldown, kemudian pilih menu “Report”, terus lanjutkan dengan memilih “Beam End Forces”, kemudian di kotak dialog Beam End Force, anda pilih radio button “List with no sort done” jika sudah maka pilih menu tab “Loading” kemudian atur sedemikian rupa sehingga Cases “6.KOMB 1.2DL + 1.6LL” berada di kolom “Selected”, kemudian klik “OK”.  Sebagai ilustrasinya lihat gambar dibawah ini.

 

b6

b7

 

Jika sudah maka akan muncul kotak output data “Beam End Forces” seperti gambar dibawah ini.

 

REV1

 

9. Sekarang klik kiri mouse di tulisan “Beam” sehingga semua data ter blok dengan warna hitam, yang berarti semua data dalam tabel terseleksi seluruhnya. Jika sudah lanjutkan dengan klik kanan mouse kemudian pilih “Copy”.

 

REV2

 

10. Output data yang barusan anda Copy tadi, anda Paste kan ke sheet yang kosong pada Microsoft Excel seperti gambar dibawah ini

 

REV3

 

11. Sekarang blok atau select semua datanya (catatan : tulisan beam, L/C, Node dst… tidak usah di ikutkan). Kemudian lanjutkan dengan menekan  “Ctrl + C” untuk meng copy semua data. Sebagai ilustrasi lihat gambar dibawah ini

 

REV4

 

12.  Sekarang buka Spreadsheet EBC V1.1. kemudian buka sheet “Output STAADPRO” yang ada dibagian bawah yaitu dibagian tab sheet. (lihat gambar yang saya lingkari pakai warna merah)

 

menu EBC

 

kemudian arahkan cursor mouse ke cell (A,2) kemudian pastekan semua data dengan cara klik kanan cell tersebut kemudian pilih “Paste Values” sehingga hasilnya seperti gambar dibawah ini

 

REV5

 

13. Pada bagian kolom L/C anda lakukan “Numbering Code” dengan cara memberi nomor urut 1,2,3… dst sampai pada posisi beam yang terakhir (lihat gambar dibawah)

 

REV6

 

Perhatian !!

Numbering Code sangat penting, karena merupakan kode acuan EBC untuk melakukan LOOKUP pada data gaya dalam, sehingga apabila salah memberi nomor urut atau lupa tidak memasukannya akan mengakibatkan EBC tidak bisa melakukan LOOKUP sehingga tidak bisa atau salah membaca data dan desain balok tidak bisa dilanjutkan (Error) 

Nah… yang barusan anda lakukan disini adalah memasukan input data untuk “Beam End Forces”. Sekarang dengan cara yang sama seperti diatas lakukan untuk input data “Force Detail” nya

 

14. Blok kembali balok lantai dua sehingga terseleksi dengan warna merah, kemudian pergilah ke menu Pulldown.

 

17. pindah seleksi5

 

Dari menu pulldown tersebut pilih menu “Report” kemudian pilih “Section Forces”. Jika sudah maka akan muncul kotak dialog “Section Forces”, anda klik pilihan “List With No Sort Done” kemudian pilih tab “Loading”. (lihat gambar diatas)

 

18. seleksi beban

 

Dari kotak frame “Load Cases” anda atur sedemikian rupa sehingga Cases “6 KOMB 1.2DL+1.6LL” berada di lajur kolom “Selected” kemudian klik OK. (lihat gambar diatas yang saya kasih warna biru muda). Jika sudah maka akan muncul kotak output data “Section Forces” seperti gambar dibawah ini.

 

REV7

 

Nah… dengan cara yang sama seperti sebelumnya, yaitu seperti pada langkah nomor 9 s/d 12 anda copy data “Section Forces”  tersebut ke EBC, tapi dengan catatan, saat melakukan paste data tersebut anda letakan di sebelah kanan sekat kolom warna hijau yang saya buat memanjang ke bawah, atau dengan kata lain anda paste kan tepat di Cell (K,2).

 

REV8

 

15. Setelah itu lakukanlah “Numbering Code” seperti langkah nomor 13 sehingga hasilnya seperti pada gambar dibawah ini.

 

REV9

 

16. Nah… jika sudah, kita tinggal memasukan rencana ukuran dimensi balok ke tab sheet “DIMENSI BALOK”.

 

REV9a

 

Catatan :

Format memasukan type dan dimensi balok rencana  adalah sebagai berikut :

 

Type = B(C)… “dimana C adalah nomor type atau kode yang membedakan masing2 balok”

Dimensi = lebar element/tinggi element = x/y (…cm)

b = lebar element = x (mm)

h = tinggi element = y (mm)  

 

Sebagai contoh :

Balok utama pada struktur lantai 2 s/d 3 pada sebuah proyek Rumah tinggal direncanakan dengan ukuran 25/60 cm untuk bentang 7 m dan 20/50 cm untuk bentang 5 m. Di lapangan tersedia besi tulang D13 dan besi D16.

 

Maka syntax/format untuk memasukan data balok diatas adalah :

B(C) – b/h – x – y

 

Ukuran 25/60 ":

  • B(X) – b/h – x – y
  • B1 – 25/60 – 250 – 600

Ukuran 20/50 ":

  • B(X) – b/h – x – y
  • B1 – 20/50 – 200 – 500

 

Nah Sobat… sampai langkah ini telah selesailah semua data yang kita masukan.

terus sekarang gimana cara tahu hasil desain penulangan baloknya???

Gampang… dan mudah sekali…. anda tinggal memasukan nomor member balok mana yang ingin anda ketahui desain pembesiannya, maka informasinya sudah langsung tersaji beserta grafik gaya dalam dan letak pembesiannya.

 

Tapi sebelum kita melihat hasil desain pembesiannya, anda saya kenalkan dulu secara singkat dengan sheet sheet yang ada pada program EBC V1.1. (Untuk itu anda tahan dulu pekerjaan pada step/langkah nomor 16 ini).

 

=============================================================================

2. SPREEDSHEET EBC V1.1

REV10

 Gambar 15 - (Interface EBC V1.1)

 

Sheet pada EBC secara garis besar ada 5 sheet utama, yaitu sheet tulangan lentur, sheet tulangan geser, sheet tulangan torsi, sheet data penampang balok dan sheet data staad. Masing masing sheet menyajikan informasi sesuai dengan fungsinya masing masing.

Untuk EBC versi ini, selain 5 sheet tersebut diatas, masih ada tambahan dua sheet lagi, yaitu sheet DRD DESAIN dan CALCULATION SHEET. Jadi apabila di EBC versi sebelumnya perhitungan balok dibatasi pada desain penulangan tunggal (tarik), maka di EBC ini, perhitungan balok dengan penulangan rangkap (tekan dan tarik) juga bisa dilakukan. Selain itu, tiap hasil desain penulangan element balok disajikan pula informasi mengenai grafik momen lentur, geser dan torsi, beserta nomor element dan ujung ujung element agar lebih memudahkan user (pengguna) dalam membaca data gaya dalam yang terjadi pada tiap element, sehingga bisa membantunya dalam mendesain dan menginterpretasi hasil desain program terhadap element balok yang akan dipakai nantinya. 

Berikut adalah keterangan masing masing item diatas :

 

KETERANGAN :

CALCULATION SHEET : Rekapitulasi atau laporan singkat perhitungan balok.

SRD DESAIN : Single Reinforcement Beam Desain, yaitu sheet yang menyajikan tabel detail laporan perhitungan balok jika balok didesain dengan tulangan tunggal.

DRD DESAIN : Double Reinforcement Beam Desain, yaitu sheet yang menyajikan tabel detail laporan perhitungan balok jika balok didesain dengan tulangan rangkap.

TULANGAN GESER : yaitu sheet yang menyajikan tabel detail laporan perhitungan tulangan geser balok

TULANGAN TORSI : yaitu sheet yang menyajikan tabel detail laporan perhitungan tulangan torsi balok

DIMENSI BALOK : yaitu sheet yang digunakan untuk memasukan data dimensi balok rencana.

OUTPUT STAAD PRO : yaitu sheet yang digunakan untuk memasukan data gaya dalam dari STAAD PRO.

 

2.1 CALCULATION SHEET

REV11

  Gambar 16 - (Calculation Sheet)

 

Calculation sheet adalah salah satu sheet (lembar) dari EBC yang berfungsi sebagai laporan singkat perhitungan dari balok atau member tertentu yang akan kita desain nantinya. Di sheet inilah kunci dari program EBC, karena semua data input yang diolah oleh EBC dikendalikan oleh user disini. Sheet ini sangat penting posisinya setelah sheet “dimensi balok” dan sheet “output staadpro” karena desain penulangan lentur, geser dan torsi balok beserta kontrol kapasitas balok terhadap gaya dalam dapat kita ketahui secara cepat melalui sheet ini.

Di sheet ini pulalah status penulangan balok  apakah over reinforcement ataukah under reinforcement yang merupakan penentu karakteristik balok tersebut ductile failure ataukah brittle failure dapat kita ketahui secara cepat, sehingga memberi gambaran kepada “user” nantinya dalam mengambil keputusan, apakah desain balok tersebut digunakan ataukah tidak yang tentunya berdasarkan ilmu atau “engineering judgement” yang dimiliki oleh masing masing engineer. Maka itulah letak calculation sheet ini saya taruh diposisi paling depan.

Sebelum mengetahui desain penulangan dari sebuah balok, ada 11 (sebelas) data yang harus anda setting dan anda masukan dulu sebelum proses desain berlangsung. (lihat gambar diatas).

penjelasannya adalah sebagai berikut :

 

1.   =   Data material balok, meliputi :

- fc : Kuat tekan beton … (Mpa)

- fy : Kuat tarik tulangan utama… (Mpa)

- fys : Kuat tarik tulangan sengkang… (Mpa)

- fyt : Kuat tarik tulangan torsi… (Mpa)

- ec : Regangan beton

- ey : Modulus elastisistas baja

- faktor reduksi lentur, geser dan torsi

 

2.   =   Type balok rencana, sesuai yang diinputkan di sheet “output staadpro”

3.   =   Member balok yang akan desain

4.   =   ds, adalah jarak titik pusat tulangan tarik ke serat tepi luar beton tarik… (mm)

5.   =   dd, adalah jarak titik pusat tulangan tekan ke serat tepi luar beton tekan… (mm)

6.   =   sb, adalah selimut beton… (mm)

7.   =   tbg, adalah type beugel/sengkang (2 kaki, 4 kaki atau 8 kaki)

8.   =   Ukuran besi tulangan utama jika balok didesain dengan tulangan tunggal… (mm)

9.   =   Ukuran besi tulangan utama jika balok didesain dengan tulangan rangkap… (mm)

10.  =   Ukuran besi tulangan sengkang… (mm)

11.  =   Ukuran besi tulangan torsi… (mm)

 

Jika input data sudah anda masukan sesuai dengan prosedur, maka hasil desain atau laporan singkatnya adalah pada kolom kolom yang saya lingkari pakai warna merah dan grafik momen lentur, geser dan torsi disebelah samping kanan laporannya.

 

REV12

 

Penjelasannya masing-masing tabel/item sebagai berikut :

1. Jika desain tulangan balok berada pada tabel “SRD”, maka tulangan tarik balok didesain oleh program dengan menggunakan tulangan tunggal, yang artinya kapasitas balok berdasarkan beban yang terjadi cukup didesain dengan tulangan dibagian tarik saja, sedangkan tulangan tekan tidak perlu karena beton tekan dianggap mampu menahan beban yang terjadi tanpa perlu dipasang tulangan tekan. Tapi dalam prakteknya tetap saja harus dipasang tulangan tekan yang difungsikan sebagai penggantung (hanger) bagi sengkang, sekaligus juga mencegah terjadinya creep atau rangkak susut pada beton, dan juga menambah kekuatan beton tekan.

2. Jika desain tulangan balok berada pada tabel “DRD”, maka tulangan balok didesain oleh program dengan menggunakan tulangan rangkap, yang artinya kapasitas balok berdasarkan beban yang terjadi tidak cukup hanya didesain dengan tulangan dibagian tarik saja, tetapi juga harus didesain menggunakan tulangan tekan, dimana desain tulangan tekan terletak pada tabel “A’ ” sedangkan desain tulangan tarik berada tabel “Ast”.

3. Informasi mengenai tulangan geser yang didesain oleh EBC bisa didapat dari tabel “SKG”  ini. Sedangkan untuk detail laporannya secara lengkap dapat diakses di sheet “TULANGAN GESER”.

4. Informasi mengenai tulangan torsi yang didesain oleh EBC bisa didapat dari tabel “TORSI”  ini. Sedangkan untuk detail laporannya secara lengkap dapat diakses di sheet “TULANGAN TORSI”.

5. Informasi mengenai status balok jika didesain dengan tulangan tunggal, serta status penulangan balok tersebut masuk dalam kategori over atau under reinforcement bisa didapat melalui tabel “SRD CEK”. Selain itu kontrol kapasitas balok terhadap gaya geser dan momen torsi juga bisa didapat dari tabel ini.

6. Informasi mengenai status balok jika didesain dengan tulangan rangkap, serta status penulangan balok tersebut masuk dalam kategori over atau under reinforcement bisa didapat melalui tabel “DRD CEK”. Selain itu kontrol kapasitas balok terhadap momen ultimate juga bisa didapat dari tabel ini.   

7. Kontrol perlu tidaknya balok menggunakan tulangan geser (sengkang) bisa didapat dari tabel “CEK GESER” ini.

8. Kontrol perlu tidaknya balok menggunakan tulangan torsi bisa didapat dari tabel “CEK TORSI” ini.

9. Grafik momen lentur.

10. Grafik gaya geser.

11. Grafik momen torsi.

 

Catatan :

Jika desain penulangan balok berada pada tabel “SRD”/tabel 1, berarti balok didesain dengan tulangan tunggal, maka otomatis tabel DRD/tabel 2 dan tabel “DRD CEK”/tabel 6 akan dikosongkan oleh program, selanjutnya program akan melakukan kontrol terhadap desain yang telah dilakukannya kemudian menampilkan laporannya di tabel “SRD CEK”/tabel 5. Sedangkan untuk detail laporan perhitungan penulangan tunggal secara lengkap dapat diakses di sheet “SRD DESAIN”.

 

A1 CROOSCEK

 

Begitu juga sebaliknya, Jika desain penulangan balok berada pada tabel “DRD”/tabel 2, berarti balok didesain dengan tulangan rangkap, maka otomatis tabel SRD/tabel 1 dan tabel “SRD CEK”/tabel 5 akan dikosongkan oleh program, selanjutnya program akan melakukan kontrol terhadap desain yang telah dilakukannya kemudian menampilkan laporannya di tabel “DRD CEK”/tabel 6. Sedangkan untuk detail laporan perhitungan penulangan rangkap secara lengkap dapat diakses di sheet “DRD DESAIN”.

 

A1 CROOSCEK DRD

 

 

2.2 SHEET SRD DESAIN

 

A1 SRD DESAIN

Gambar 16 - (SRD DESAIN)

SRD DESAIN atau singkatan dari “Single Reinforcement Design” adalah sheet yang menyajikan tabel detail laporan perhitungan balok jika balok didesain dengan tulangan tunggal. Laporan hasil analisa dan desain secara lengkap bisa diakses di sheet ini.

 

A1 AKSES SRD

 

2.2 SHEET DRD DESAIN

 

A1 DRD DESAIN Gambar 17 - (DRD DESAIN)

DRD DESAIN atau singkatan dari “Double Reinforcement Design” adalah sheet yang menyajikan tabel detail laporan perhitungan balok jika balok didesain dengan tulangan rangkap. Laporan hasil analisa dan desain secara lengkap bisa diakses di sheet ini.

 

A1 AKSES DRD

 

2.3 SHEET TULANGAN GESER

A1 TULANGAN GESER

Gambar 18 - (Sheet-Tulangan Geser)

TULANGAN GESER adalah sheet menyajikan tabel detail laporan perhitungan tulangan geser balok. Laporan hasil analisa dan desain secara lengkap bisa diakses di sheet ini.

 

A1 AKSES TULANGAN GESER

 

2.4 SHEET TULANGAN TORSI

A1 TULANGAN TORSI

 Gambar 19 - (Sheet-Tulangan Torsi)

TULANGAN TORSI adalah sheet menyajikan tabel detail laporan perhitungan tulangan torsi balok. Laporan hasil analisa dan desain secara lengkap bisa diakses di sheet ini.

 

A1 AKSES TULANGAN TORSI

2.5 SHEET DIMENSI BALOK

 

A1 DIMENSI BALOK

Gambar 19 - (Sheet-Dimensi Balok)

DIMENSI BALOK adalah sheet yang digunakan untuk memasukan data dimensi balok rencana. Semua kendali untuk menambah atau mengganti ukuran rencana dimensi balok ada di sheet ini. Jadi apabila suatu ketika anda akan mengganti ukuran balok karena “FAIL” misalnya, maka perubahan tersebut tidak bisa anda lakukan di “Calculation Sheet”, harus anda lakukan di sheet ini. Begitu juga ketika akan menambah ukuran dimensi balok rencana, harus dilakukan di sheet ini pula, tidak bisa di sheet lain.

 

A1 AKSES DIMENSI BALOK

 

 

2.5 SHEET OUTPUT STAADPRO

G1

A1 OUTPUT STAADPRO

Gambar 20 - (Sheet-Output Staad Pro)

OUTPUT STAAD PRO adalah sheet yang digunakan untuk memasukan data gaya dalam dari STAAD PRO. disebelah kiri sheet yaitu tabel/cell yang berwarna kuning adalah tabel yang digunakan untuk memasukan data output “Beam End Forces” yaitu data gaya dalam yang berada di ujung-ujung element balok, sedangkan disebelah kanan sheet yaitu tabel/cell yang berwarna putih adalah tabel yang digunakan untuk memasukan data output “Forces Detail” yaitu data gaya dalam yang berada di di tiap 1/12 panjang element balok.

=============================================================================

 

Oke sobat…. ulasan diatas adalah penjelasan singkat mengenai sheet2 yang ada pada EBC V1.1, sekarang kita lanjutkan kembali pembahasan kita, yang sebelumnya sempat tertunda pada langkah ke 16.

 

17. Sekarang tampilkan (tampak atas) denah balok lantai 2 struktur dengan cara klik tool “view from Y+”, kemudian lanjutkan dengan klik kanan pada layar tampilan STAAD anda, kemudian pilih “Labels”. Jika sudah ceklist atau centang pilihan “beam number” dan “node number” untuk menampilkan nomor titik node dan nomor member element balok. (lihat ilustrasi gambar dibawah)

 

REV15

 

 

 

 

REV16

REV17 

 

REV18

 Gambar 21 - (Nomor member & Nomor Node balok Lt 2)

 

Dari gambar penomoran member dan node element STAAD diatas, dapat kita lihat bahwasanya balok induk pada as-A, B dan C secara berurutan memiliki nomor member sebagai berikut :

 

Balok induk 25/60

As-A : 8, 16 dan 50

As-B : 5, 77, 15 dan 52

 

Balok Induk 25/50

As-C : 2, 14 dan 55

 

Sedangkan untuk balok anak 20/30 pada member 10, 11 dan untuk balok anak 20/40 pada member 20, 21, 85, 86, 12 dan 13.

Untuk contoh kali ini, kita akan mendesain balok anak dulu, sedangkan untuk desain balok induk yang terpecah menjadi beberapa section akan kita bahas pada posting berikutnya, atau sobat juga bisa pelajari tutorialnya di :

http://www.kampustekniksipil.blogspot.com/2013/06/pertanyaan-seputar-penggunaan-excel.html

prinsipnya sama cuman ada perbedaan sedikit untuk langkah penyelesaiannya, hal ini karena perbedaan interface dari masing masing versi EBC,  

Oke sekarang kita lanjutkankan ke langkah selanjutnya

 

18. Sekarang buka EBC V1.1. Katakanlah balok anak yg kita analisa adalah balok pada member 12 dan 13. Untuk itu pada tabel member anda isi dengan “12” kemudian anda ganti type baloknya menjadi type “B4”. tapi sebelumnya anda anda isi dulu data material (yang saya lingkari pake warna biru)  sesuai data yang sudah di inputkan di STAAD Pro. (lihat gambar dibawah).

 

REV19

Sekarang anda lihat pada tabel node, tabel data beban, serta grafik momen lentur, geser dan torsi pada lembar EBC anda. Dari situ terlihat bahwasanya saat anda mengganti nomor member tertentu pada kolom “tabel member”, maka semua data yang ada pada tabel node dan tabel data beban akan terisi secara otomatis  sesuai dengan data tertentu dari output STAAD yang telah anda masukan pada sheet “output staadpro” sebelumnya . Begitu juga dengan grafik momen lentur, geser dan torsi, semua akan ter-plot secara otomatis sesuai dengan data tertentu yang ada di sheet “output staadpro” tersebut. (lihat gambar dibawah)

 

 

REV20

REV22

Gambar 22 - (Grafik Momen Lentur, Geser & Torsi)

 

Sekarang lihat kembali gambar diatas (lihat yang saya kasih kotak warna merah), disitu terlihat bahwasanya member no 12 memiliki nomor node di ujung start dan end nya masing masing adalah 3 dan 7. Di node 3, gaya momen, geser dan torsi yang terjadi masing masing adalah -3,757 KN.m, 23,853 KN dan -4.105 KN.m. Sedangkan di node 7, gaya momen, geser dan torsi yang terjadi masing masing adalah 39,506 KN.m, -45,484 KN dan -4.105 KN.m. Jadi apabila di rekap adalah sebagai berikut :

 

Member 12

Node 3 (ujung/start) : Mu = -3.757 KNm   Vu = 23,853 KN   Tu = -4.105 KNm

1/2 L (tengah bentang) : Mu = -20.107 KNm   Vu = -10.816 KN   Tu = -4.105 KNm

+Max (Nilai Maksimal) : Mu = 39.506 KNm   Vu = -45.484 KN   Tu = -4.105 KNm

Node 7 (ujung/end) : Mu = 39.506 KNm   Vu = -45.484 KN   Tu = -4.105 KNm

 

Catatan :

1/2 L = adalah nilai gaya dalam yang terjadi di tengah bentang member (balok).

+Max = adalah nilai maksimal gaya dalam yang terjadi di keseluruhan bentang member dari ujung start member hingga end member balok.

 

Sekarang kita cek di STAAD apakah member 12 ini, memiliki nomor node 3 dan node 7 pada start dan end membernya. Untuk itu kembali lagi layar STAAD Pro anda kemudian lihat denah baloknya.

 

REV21

 Gambar 23 - (Cek Nomor Member & Nomor Node)

 

Dari gambar diatas terlihat bahwasanya member no 12, memiliki node 3 dan 7 pada ujung start dan end membernya.

(yang saya lingkari pakai warna biru).

Sekarang dobel klik member no 12 tersebut, maka akan keluar kotak dialog gaya dalah “struktur-beam”. Pilih tab “shear bending” kemudian pada kotak frame “Dist” anda isi dengan nilai 2000 mm. (lihat yang saya beri kotak merah pada gambar dibawah)

(Catatan : panjang member 12 adalah 4 meter, jadi apabila setengah bentang (1/2 L) maka 1/2 x 4 = 2 m = 2000 mm),

tujuan dari saya memasukan nilai 1/2L atau 2000 mm ini adalah untuk mengetahui momen yang terjadi pada tengah bentang

 

REV23

 Gambar 24 - (Table & Diagram Shear bending, STAAD) 

 

Pada kotak dialog “struktur beam” diatas terlihat bahwasanya nilai Mu pada node 3 adalah -3.76 KNm, kemudian pada node 7 adalah 39.51 KNm dan pada tengah bentang (1/2 L) adalah –20.107. Sekarang cek EBC anda, kemudian anda lihat pada grafik momen lentur, kita akan cocokan kesamaan nilai keduanya.

 

REV25

 

REV24

Gambar 25 - (Grafik Momen Lentur EBC) 

 

Dari gambar grafik diatas ternyata menunjukan kesamaan nilai momen pada “diagram shear bending STAAD” (gambar 24) dengan grafik momen pada spreadsheet EBC (gambar 25), dimana momen lentur pada node 3 dan 7 berturut turut adalah -3,757 KNm dan 39.506 KNm, sedangkan pada tengah bentang adalah –20.107 KNm.

Nah… jika nilai gaya dalam dan grafik yang ada pada EBC sama dengan data gaya dalam dan grafik yang ada di program STAAD Pro, ini berarti bahwa langkah langkah yang kita kerjakan dari awal hingga saat ini sudah benar (valid).

Catatan :

Dengan cara yang sama pula anda bisa mengecek kesamaan data dan grafik untuk gaya geser dan momen torsinya agar anda bisa lebih yakin dan lebih mantap

 

Jika sudah, kita lanjutkan ke langkah selanjutnya

 

19. Balok yang saya rencanakan pada member ini adalah berukuran 20/40 (sesuai dengan rencana sebelumnya), kemudian selimut beton saya buat 2 cm (20 mm), dan untuk prediksi awal saya anggap tulangan cukup dipasang 1 baris saja (untuk sementara), namun jika nanti ternyata desain dari EBC ternyata tidak memungkinkan dipasang dalam 1 baris karena tulangan yang terlalu banyak maka akan saya pasang beberapa lapis tulangan lagi sesuai kebutuhannya.

Untuk tulangan utama saya rencanakan menggunakan besi ulir berdiameter 13 mm dan tulangan geser saya rencanakan menggunakan besi polos berdiameter 8 mm dengan model ikatan 2 kaki (model huruf “O” / satu lingkaran penuh), sedangkan untuk tulangan torsinya saya rencanakan pakai besi ulir berdiameter 13 mm

 

Dari ilustrasi perencanaan saya diatas, kita cari nilai “ds” nya, dimana “ds” adalah jarak titik pusat tulangan tarik ke serat tepi luar beton tarik

 

ds = selimut beton + diameter beugel/sengkang +  (1/2 x diameter tulangan utama)

    = 20 mm + 8 mm + (1/2 x 13 mm) =  34.5 mm

Nilai tersebut diatas kemudian dimasukan kedalam EBC (lihat gambar dibawah)

 

REV26 Gambar 26 - (Input data Calculation Sheet) 

 

Catatan :

ds = 34.5

dd = 34.5

sb = 20

tbg = 2 kaki

SRD = 13

DRD = 16

SKG = 8

Torsi = 13

 

Penjelasan :

ds, adalah jarak titik pusat tulangan tarik ke serat tepi luar beton tarik… (mm)

dd, adalah jarak titik pusat tulangan tekan ke serat tepi luar beton tekan… (mm)

sb, adalah selimut beton… (mm)

tbg, adalah type beugel/sengkang (2 kaki, 4 kaki atau 8 kaki)

SRD = Ukuran besi tulangan utama jika balok didesain dengan tulangan tunggal… (mm)

DRD = Ukuran besi tulangan utama jika balok didesain dengan tulangan rangkap… (mm)

SKG  = Ukuran besi tulangan sengkang… (mm)

TORSI = Ukuran besi tulangan torsi… (mm)

 

Sekarang anda lihat desain penulangan dari member no 12 tersebut :

 

GB1 DESAIN PENULANGAN EBCGambar 27 - (Desain Tulangan Lentur) 

 

Dari gambar diatas terlihat bahwasanya member 12 didesain dengan tulangan tunggal (tulangan tarik), hal ini bisa dilihat pada tabel “SRD CEK”, dimana pada tabel “desain” adalah SRD.

Untuk daerah tumpuan yaitu di node 3 didesain dengan penulangan 3D13 dan untuk daerah tumpuan di ujung berikutnya yaitu di node 7 didesain dengan penulangan 4D13, sedangkan untuk daerah lapangan (1/2 L) didesain dengan 3D13.

Sekarang kita cek dulu jumlah tulangan yang terdesain tersebut terhadap lebar balok, apakah cukup jika tulangan tersebut dipasang dalam 1 baris

Batasan Spasi Tulangan menurut pasal 7.6 SNI-2847-2002

  1. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama tidak boleh kurang dari 25 mm.
  2. Jika tulangan terdiri dari lebih dari satu lapis (baris), maka jarak bersih antar baris tulangan adalah 25 mm.

Data :

Lebar balok = 20 cm = 200 mm

D = 13 mm

ds = 34.5 mm

Sn = 25 mm (Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama )

dari desain penulangan EBC diatas, yang tulangannya paling banyak berada ujung kanan yaitu di node 7 dengan penulangan 4D13

Cek :

m = ( (b - (2 x ds))/(D+Sn) ) + 1

m = ( (200 - (2 x 34.5)) / (13+ 25 ) + 1

m = 4.447 …  = 4 (dibulatkan ke bawah)

Jadi jumlah tulangan maksimal yang bisa dipasang dalam 1 lapis arah lebar balok adalah 4 buah besi tulangan D13, sehingga penulangan balok yang tadi diasumsikan cukup dipasang 1 lapis/baris sudah benar, sehingga tidak perlu cek atau kontrol “ds” lagi jika seandainya asumsi tadi salah.

 

GB3 SRD CEK

Gambar 28 - (SRD CEK) 

 

Untuk melihat kondisi atau status tulangan yang terpasang, bisa dilihat di tabel “SRD CEK” (lihat gambar diatas), dari gambar tersebut didapat bahwa baja tulangannya sudah leleh terlebih dahulu (εs > εy) sebelum beton mencapai regangan maksimalnya (εc < εcu) atau dengan kata lain, beton belum hancur tapi baja tulangannya sudah leleh. Jadi secara prinsip sudah memenuhi sebagai persyaratan desain bertulangan lemah (under reinforcement), sehingga jika suatu ketika beban maksimal benar benar terjadi maka balok diharapkan menunjukan perilaku daktailnya dengan memberikan tanda lendutan membesar terlebih dahulu sebelum baloknya akan runtuh (ductile failure).

 

Sekarang kita lihat desain penulangan gesernya & penulangan torsinya,

 

GB2 DESAIN SENGKANG EBCGambar 29 - (Desain Tulangan Geser) 

 

Dari gambar diatas didapat desain tulangan geser untuk daerah tumpuan yaitu di node 3 adalah Φ8-300 (praktis) dan untuk daerah tumpuan di ujung berikutnya yaitu di node 7 adalah Φ8-182, sedangkan untuk daerah lapangan didesain dengan Φ8-300 (praktis).

Untuk kemudahan pelaksanaan dilapangan, maka penulangan geser di tumpuan (node 7) dipakai Φ8-150.

 

  GB3 DESAIN TORSI EBCGambar 30 - (Desain Tulangan Torsi) 

 

Untuk desain tulangan torsi didaerah tumpuan yaitu di node 3 adalah 2D13, dan untuk daerah tumpuan di ujung berikutnya yaitu di node 7 adalah 2D13, sedangkan untuk daerah lapangan didesain dengan 2D13.

Untuk mengetahui perlu dan tidaknya diapasang tulangan geser dan torsi bisa di cek pada tabel “CEK GESER” dan “CEK TORSI” (lihat gambar dibawah ini)

 

GB3 SRD CEK2Gambar 31 - (Cek Geser & Torsi balok) 

 

Trus sekarang bagaimana mengaplikasikan desain penulangan tersebut pada balok ?

Mudah kok… lihat aja digrafiknya :

 

  • Pemasangan Tulangan Lentur

 

GB4 DESAIN PENULANGAN BALOKGambar 32 - (Pemasangan Tulangan Lentur Tarik) 

Node 3 (ujung kiri/tumpuan):

Karena momen yang terjadi adalah momen negatif maka posisi tulangan 3D13 dipasang disebelah bawah, (dimana karena momen tersebut menyebabkan serat bawah balok mengalami tarik sehingga penulangan kita pasang didaerah tersebut).

1/2L (tengah bentang/lapangan):

Karena momen yang terjadi adalah momen negatif maka posisi tulangan 3D13 dipasang disebelah bawah, (dimana karena momen tersebut menyebabkan serat bawah balok mengalami tarik sehingga penulangan kita pasang didaerah tersebut).

Node 7 (ujung kanan/tumpuan):

Karena momen yang terjadi adalah momen positif maka posisi tulangan 3D13 dipasang disebelah atas, (dimana karena momen tersebut menyebabkan serat atas balok mengalami tarik sehingga penulangan kita pasang didaerah tersebut).

 

Kalau dalam prinsip dan teori hitung hitunganya ya seperti diatas itu…, tapi kan ndak mungkin kalau dilapangan dilaksanakan seperti itu, jadi walaupun secara teori dan hitungan tidak memerlukan tulangan tekan, tapi dalam pelaksanaan dilapangan tetap saja harus dipasang tulangan tekan minimal 2 buah yang dipasang dipojok kiri dan kanan atas balok, yang setidak tidaknya berfungsi sebagai hanger (pengaku) bagi sengkang. sehingga secara keseluruhan desainnya adalah sebagai berikut :

 

GB4 DESAIN PENULANGAN BALOK2Gambar 33 - (Pemasangan Tulangan Lentur Tarik & Tekan) 

 

  • Pemasangan Tulangan Geser

GB5 DESAIN PENULANGAN GESERGambar 34 - (Pemasangan Tulangan Geser) 

Node 3 (ujung kiri/tumpuan):

Dipasang sengkang Φ8-300 (praktis)

1/2L (tengah bentang/lapangan):

Dipasang sengkang Φ8-300 (praktis)

Node 7 (ujung kanan/tumpuan):

Dipasang sengkang Φ8-150

 

  • Pemasangan Tulangan Torsi

 

GB5 DESAIN PENULANGAN TORSIGambar 35 - (Pemasangan Tulangan Torsi) 

Node 3 (ujung kiri/tumpuan):

Dipasang tulangan torsi 2D13

1/2L (tengah bentang/lapangan):

Dipasang tulangan torsi 2D13

Node 7 (ujung kanan/tumpuan):

Dipasang tulangan torsi 2D13

 

Sehingga secara keseluruhan, apabila desain dari EBC ini saya sketsa kan di AutoCAD, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

 

 

REV DESAIN EBC  Gambar 36 - (Sketsa Penulangan Member 12 -EBC) 

  REV DESAIN EBC2Gambar 37 - (Detail Penulangan Member 12 - EBC) 

 

Sebagai pembanding dari desain EBC diatas, mari kita lihat desain dari STAAD Pro

 

 

DESAIN TULANGAN LENTUR

REV POTONGAN MELINTANG STAAD Gambar 38 - (Desain Penulangan STAAD member 12) 

 

 

REV POTONGAN MELINTANG STAAD3Gambar 39 - (Desain Penulangan STAAD member 12) 

DESAIN TULANGAN LENTUR STAAD PRO

Node 3 (ujung kiri/tumpuan):

- atas : 3D12

as’ = 3 x (0.25*3.1415*12^2) = 339.28 mm2

instalasi pembesian : 3No12   H 361   0.TO 380

3 No 12  H 361, maksudnya adalah jarak vertikal besi 3D12 terhadap serat bawah beton adalah 361 mm = 36,10 cm. Sedangkan 0 TO 380 maksudnya adalah besi 3D12 tersebut dipasang dari kiri ke kanan sepanjang x = 0 (node 3) sampai dengan x = 380 mm = 38 cm

- bawah : 3D12

as  = 3 x (0.25*3.1415*12^2) = 339.28 mm2

instalasi pembesian : 3No12   H 39   0.TO 3268

3 No 12  H 39, maksudnya adalah jarak vertikal besi 3D12 terhadap serat bawah beton adalah 39 mm = 3,9 cm. Sedangkan 0 TO 380 maksudnya adalah besi 3D12 tersebut dipasang dari kiri ke kanan sepanjang x = 0 (node 3) sampai dengan x = 3268 mm = 326.8 cm

1/2L (tengah bentang/lapangan):

- atas : gak ada tulangan

as’ = 0 mm2

instalasi pembesian : 2No16   H 359   2326.TO 4000

2 No 16  H 359, maksudnya adalah jarak vertikal besi 2D16 terhadap serat bawah beton adalah 359 mm = 35.9 cm. Sedangkan 2326 TO 4000 maksudnya adalah besi 2D16 tersebut dipasang dari kiri ke kanan sepanjang x =  2326 mm = 232 cm sampai dengan x = 4000 mm = 400 cm (node 7)

(catatan : jadi apabila kita memperhatikan desain tulangan atas didaerah lapangan ini sebenarnya tepat ditengah bentang atau 1/2L (x = 200 cm) gak ada tulangannya, baru ketika kita geser sedikit 32 cm ke kanan yaitu pas diposisi x = 232 cm baru ada tulangannya)

- bawah : 3D12

as  = 3 x (0.25*3.1415*12^2) = 339.28 mm2

instalasi pembesian : 3No12   H 39   0.TO 3268

3 No 12  H 39, maksudnya adalah jarak vertikal besi 3D12 terhadap serat bawah beton adalah 39 mm = 3,9 cm. Sedangkan 0 TO 380 maksudnya adalah besi 3D12 tersebut dipasang dari kiri ke kanan sepanjang x = 0 (node 3) sampai dengan x = 3268 mm = 326.8 cm

Node 7 (ujung kanan/tumpuan):

- atas : 2D16

as’ = 2 x (0.25*3.1415*16^2) = 402.11 mm2

instalasi pembesian : 2No16   H 359   2326.TO 4000

2 No 16  H 359, maksudnya adalah jarak vertikal besi 2D16 terhadap serat bawah beton adalah 359 mm = 35.9 cm. Sedangkan 2326 TO 4000 maksudnya adalah besi 2D16 tersebut dipasang dari kiri ke kanan sepanjang x =  2326 mm = 232 cm sampai dengan x = 4000 mm = 400 cm (node 7)

- bawah : gak ada

as  = 0 mm2

instalasi pembesian : 3No12   H 39   0.TO 3268

3 No 12  H 39, maksudnya adalah jarak vertikal besi 3D12 terhadap serat bawah beton adalah 39 mm = 3,9 cm. Sedangkan 0 TO 380 maksudnya adalah besi 3D12 tersebut dipasang dari kiri ke kanan sepanjang x = 0 (node 3) sampai dengan x = 3268 mm = 326.8 cm

(catatan : jadi apabila kita memperhatikan desain tulangan bawah didaerah tumpuan ini sebenarnya tepat di titik x = 4000 mm yaitu di node 7 tidak ada tulangannya, karena tulangan pada bagian bawah hanya didesain dari x = 0 sampai dengan x = 3268 mm = 326.8 cm)

 

DESAIN TULANGAN LENTUR EBC

Node 3 (ujung kiri/tumpuan):

atas : 2D13

as’ = 2 x (0.25*3.1415*13^2) = 265.46 mm2 < desain STAAD (339.28 mm2)

bawah : 3D13

as  = 3 x (0.25*3.1415*13^2) = 398.18 mm2 > desain STAAD (339.28 mm2)

1/2L (tengah bentang/lapangan):

atas : 2D13

as’ = 2 x (0.25*3.1415*13^2) = 265.46 mm2 > desain STAAD (0 mm2)

bawah : 3D13

as  = 3 x (0.25*3.1415*13^2) = 398.18 mm2 > desain STAAD (339.28 mm2)

Node 7 (ujung kanan/tumpuan):

atas : 4D13

as’ = 4 x (0.25*3.1415*13^2) = 530.91 mm2 > desain STAAD (402.11 mm2)

bawah : 2D13

as  = 2 x (0.25*3.1415*13^2) = 265.45 mm2 > desain STAAD (0 mm2)

 

 

DESAIN TULANGAN GESER & TORSI

REV DESAIN GESER STAAD Gambar 40 - (Desain Penulangan Geser STAAD member 12) 

 

REV POTONGAN MELINTANG STAAD2 Gambar 41 - (Desain Penulangan Geser STAAD member 12) 

DESAIN TULANGAN GESER & TORSI STAAD PRO

 

Dari gambar 40 dan 41 diatas didapat desain tulangan geser dari program adalah sbb :

 

AT START SUPPORT - Vu=   17.27 KNS  Vc=   58.29 KNS  Vs=    0.00 KNS
Tu=    4.10 KN-MET  Tc=    1.6 KN-MET  Ts=    5.5 KN-MET  LOAD     6
STIRRUPS ARE REQUIRED FOR TORSION.
REINFORCEMENT FOR SHEAR IS PER CL.11.5.5.1.
PROVIDE 12 MM 2-LEGGED STIRRUPS AT 130. MM  C/C FOR 1645. MM
ADDITIONAL LONGITUDINAL STEEL REQD. FOR TORSIONAL RESISTANCE =   1.82 SQ.CM.

AT END   SUPPORT - Vu=   38.90 KNS  Vc=   58.29 KNS  Vs=    0.00 KNS
Tu=    4.10 KN-MET  Tc=    1.6 KN-MET  Ts=    5.5 KN-MET  LOAD     6
STIRRUPS ARE REQUIRED FOR TORSION.
REINFORCEMENT FOR SHEAR IS PER CL.11.5.5.1.
PROVIDE 12 MM 2-LEGGED STIRRUPS AT 130. MM  C/C FOR 1645. MM
ADDITIONAL LONGITUDINAL STEEL REQD. FOR TORSIONAL RESISTANCE =   1.82 SQ.CM.

 

Maksudnya sebagai berikut :

 

Posisi Start/node 3 :

Pada posisi start element balok (yaitu di node 3) gaya dalam yang digunakan untuk desain adalah Vu = 17.27 KNs, Vc = 58.29 KNs, Vs = 0.00 KNs, Tu = 4.10 KNm, Tc = 1.6 KNm, Ts = 5.5 KNm, beban yang digunakan untuk mendesain ada pada LOAD 6 (yaitu pada kombinasi 6). Tulangan geser dibutuhkan untuk menahan torsi, Tulangan geser menggunakan sengkang 2 kaki berdiameter 12 mm  yang dipasang dari jarak x = 0 sampai dengan x = 1645 mm = 1.645 m yang dihitung dari start balok (node3) dengan jarak antar sengkang 130 mm = 13 cm (atau dengan kata lain kalau digunakan bahasa teknik = Φ12 - 130 ). penambahan tulangan longitudinal (memanjang)  untuk menahan torsi adalah sebesar 1.82 cm2

Catatan:

- Tulangan torsi =  1.82 cm2 = 182 mm2, sehingga bisa dipasang 2Φ12 (As = 2 x 0.25 x 3.1415 x 12^2 = 226.18 mm2 > 182 mm2).

- Jumlah tulangan geser apabila kita hitung secara manual :

jumlah sengkang = (1645 mm/130 mm) + 1 = 13.65 mm ……. = 14 biji, hal ini sesuai dengan jumlah sengkang yang didesain STAAD seperti yang ada pada gambar 40, yaitu =  14#12 cc 130, yang mana maksudnya adalah 14 buah sengkang diameter 12 dengan jarak antar sengkang 130 mm 

Posisi End/node 7 :

Pada posisi end element balok (yaitu di node 7) gaya dalam yang digunakan untuk desain adalah Vu = 38.90 KNs, Vc = 58.29 KNs, Vs = 0.00 KNs, Tu = 4.10 KNm, Tc = 1.6 KNm, Ts = 5.5 KNm, beban yang digunakan untuk mendesain ada pada LOAD 6 (yaitu pada kombinasi 6). Tulangan geser dibutuhkan untuk menahan torsi, Tulangan geser menggunakan sengkang 2 kaki berdiameter 12 mm  yang dipasang dari jarak x = 0 sampai dengan x = 1645 mm = 1.645 m yang dihitung dari start balok (node7) dengan jarak antar sengkang 130 mm = 13 cm (atau dengan kata lain kalau digunakan bahasa teknik = Φ12 - 130 ). penambahan tulangan longitudinal (memanjang)  untuk menahan torsi adalah sebesar 1.82 cm2

 

Catatan:

Karena desain sengkang berada pada jarak x = 0 sampai dengan 1645 mm yang dihitung dari masing masing ujung node maka pada posisi x = 1645 – 2355 mm tulangan gesernya tidak ada, atau dengan kata lain STAAD menganggap di range tersebut tidak perlu didesain tulangan geser

 

DESAIN TULANGAN GESER & TORSI EBC

Node 3 (ujung kiri/tumpuan):

Dipasang sengkang Φ8-300 (praktis)

Dipasang tulangan torsi 2D13

1/2L (tengah bentang/lapangan):

Dipasang sengkang Φ8-300 (praktis)

Dipasang tulangan torsi 2D13

Node 7 (ujung kanan/tumpuan):

Dipasang sengkang Φ8-150

Dipasang tulangan torsi 2D13

 

Sehingga secara keseluruhan, apabila desain dari STAAD Pro ini saya sketsa kan di AutoCAD, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

 REV DESAIN STAAD

  Gambar 42 - (Sketsa Penulangan Member 12 - STAAD) 

 

REV DESAIN STAAD2 Gambar 43- (Detail Penulangan Member 12 -STAAD) 

 

Nah… Sobat…. dengan cara sama seperti yang saya uraikan diatas, sobat bisa cek untuk desain penulangan member 13. Selamat mencoba ya….

 

Oh iya… ini link download untuk EBC V1.1

Klik disini : EBC V1.1 RAR

didalam file RAR tersebut terdapat 2 file EBC yaitu EBC V1.1 (original) dan EBC V1.1 yang sudah di input data gaya dalam  dari file struktur.std yang sebelumnya sudah anda download diatas, jadi apabila anda bingung dengan tutorial diatas, anda bisa merujuk ke file ini supaya anda bisa lebih mudah memahaminya

 

 

Next, untuk posting selanjutnya kita akan membahas penggunanaan EBC V1.1 untuk balok induk yang terpotong oleh balok anak. ^_^

 

 

Amal pembuatan program dan tutorial EBC V1.1 saya berikan kepada :

yang tercinta,

Almarhum Bapak Moerjatmo (Ayahanda)

Almarhum Bapak Soewandi (Eyang Kakung)

Almarhum Ibu Soemini (Eyang Putri)

Almarhum Bapak Gatot Suroso(Paman)

Almarhum Mbah Rus

Almarhum ibu Elaeli

 

Nb : Jika saudara berkenan dan senang dengan artikel ini, mohon doa dan al fatehah nya…

Terima kasih

 

 

By : Lutfi Andrian WS

Pengasuh Blog : www.kampustekniksipil.blogspot.com

Email : maestromusic.lutfi@gmail.com

HP : 082233223843

Pin BB : 7400D271

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

IMG_20150425_161817 Lutfi Andrian, WS. Adalah seorang civil engineer yang mengagumi dunia programming dan dunia seni musik khususnya seni paduan suara. Hobi menulis dan bermain musik terutama Keyboard dan Piano. Disela kesibukannya sebagai  pengajar musik dan pengajar Komputer struktur dan Grafis seperti STAAD, SAP, ETABS, AutoCAD, Photoshop, Corel dll, penyusun juga aktif dalam mengaransemen lagu dan mengikuti perkembangan paduan suara khususnya di tanah air (hoby). Saat ini penulis bekerja di sebuah kontraktor swasta (PT) di daerah Surabaya yang bergerak dibidang jasa konstruksi.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes